Benarkah Makanan Berpengawet Menyebabkan Kanker?
Menambahkan bahan pengawet pada makanan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan makanan. Namun beredar kabar di masyarakat bahwa besar resikonya makanan berpengawet menyebabkan kanker. Hal ini juga dikonfirmasi oleh The Center for Science in the Public yang mengatakan bahwa ada baiknya kita menghindari salah satu bahan pengawet makanan yaitu nitrit, yang memiliki potensi sebagai pemicu kanker.
Mengenal Jenis Pengawet Pada Makanan

Foto: Sajian Sedap
Bahan pengawet digunakan demi menghambat kerusakan pada makanan yang dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, dan mikroba. Seperti yang kita ketahui, memang ada bahan pengawet makanan yang berbahaya, namun ada juga beberapa bahan pengawet makanan yang aman.
Menurut BPOM beberapa bahan pengawet yang dapat ditambahkan dalam makanan adalah asam sorbat dan garamnya, asam benzoat dan garamnya, etil para-hidroksibenzoat, metil para-hidroksi benzoat, sulfit, nisin, nitrit, nitrat, asam propionat dan garamnya, dan lisozim hidroklorida. Meskipun dibolehkan, penggunaannya juga harus sesuai dosis yang dianjurkan BPOM.
Selain bahan-bahan tersebut, ada pula bahan pengawet alami yang sering kita gunakan sehari-hari, contoh dari bahan pengawet alami tersebut adalah garam untuk membuat ikan asin, gula untuk membuat manisan buah, dan sinar matahari untuk membuat keripik buah atau keripik singkong.
Makanan yang dimasak sendiri tentu akan lebih baik, kurangi makan di restoran cepat saji yang banyak makanannya yang mengandung bahan pengawet serta tinggi garam dan gula. Jika Anda tidak sempat untuk selalu memasak makanan untuk bekal, Anda bisa berlangganan dengan MyMeal Catering yang memiliki beragam paket catering sesuai kebutuhan Anda dan tentunya dimasak tanpa bahan pengawet yang merugikan kesehatan.
Bagaimana Makanan Berpengawet Menyebabkan Kanker?

Foto: Tempo
Jika bahan pengawet bertujuan baik, yaitu menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk pada makanan, bagaimana dapat menyebabkan kanker?
Beberapa bahan pengawet buatan dapat berubah menjadi zat karsinogen dan dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker. Dikutip dari website YGI, bahwa makanan berpengawet menyebabkan kanker dengan resiko mencapai 12 persen. Makanan tersebut biasanya tinggi kandungan lemak, sodium, gula, namun kurang serat, vitamin, dan mineral. Makanan ini dapat meningkatkan kadar gula darah namun tidak memenuhi rasa kenyang sehingga berat badan dapat meningkat hingga obesitas. Obesitas akan menjadi faktor risiko terjadinya salah satu kanker yaitu kanker kolorektal atau kanker usus besar.
Pendapat lain dari Cancer Treatment Centers of America memberikan contoh makanan berpengawet yang berpotensi menyebabkan kanker yaitu sosis, hot dog, dendeng, dan salami daging sapi. Kandungan nitrat dan nitrit pada daging olahan yang diawetkan dapat meningkatkan risiko kanker ovarium sebesar 31 persen. Peraturan dalam penggunaan bahan pengawet pada makanan memang sudah diatur oleh BPOM, namun yang luput dari perhatian adalah frekuensi kita mengkonsumsi makanan tersebut dalam jangka panjang.
Pada dasarnya bahan pengawet kimia maupun alami tidak membahayakan kesehatan karena dosis penggunaannya sudah ada aturannya dan harus diikuti. Keputusan kembali di tangan kita sebagai konsumen. Sewaktu-waktu mungkin kita dapat mengandalkan makanan kemasan dengan pengawet dalam keadaan mendesak, namun makanan tersebut tidak disarankan untuk dikonsumsi berlebihan ataupun rutin. Anda juga bisa memilih jenis makanan yang dapat tahan hingga beberapa waktu tanpa ditambahkan bahan pengawet sekalipun. Salah satunya makanan yang diproses dengan retort, makanan dapat tahan lama karena melalui proses sterilisasi bukan dengan penambahan bahan pengawet.
Penyakit kanker tidak hanya disebabkan oleh makanan dengan pengawet atau bahan pengawet itu sendiri, namun dilihat juga dari pola hidup kita masing-masing seperti orang yang merokok dan konsumsi alkohol yang dapat meningkatkan resiko kanker mulut dan kerongkongan.
Bagaimana jika Anda adalah pengidap kanker? Pengidap kanker dianjurkan untuk mengadopsi diet kanker yang disesuaikan dengan kondisi tubuh yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup karena pola makan sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Pastikan Anda memeriksakan diri ke dokter sebelum menjalankan diet ini.
Bagikan artikel ini: