Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasi Obesitas pada Anak
Orang tua sering luput akan bahaya dari obesitas pada anak. Hal ini bisa disebabkan oleh pandangan masyarakat yang menilai bahwa jika anak gemuk berarti sehat.
Orang tua sepatutnya memahami tiap fase pertumbuhan anak dan batas normalnya. Memang di usia balita anak sering susah makan, namun anak yang doyan makan juga perlu dikontrol agar tidak kegemukan.
Masalahnya, jika anak sudah obesitas, kebiasaan ini cenderung akan terbawa hingga ia dewasa, alias sulit untuk mengembalikan berat badannya ke angka normal.
Penyebab obesitas pada anak
1. Pola makan yang tidak sehat
Kebiasaan makan yang tidak sehat sejak kecil menyebabkan sistem pencernaan dan metabolisme anak tidak bekerja dengan baik.
Di Indonesia, gerai makanan cepat saji umumnya memiliki paket khusus anak-anak dengan hadiah yang menarik. Inilah yang mendorong anak-anak semakin bersemangat konsumsi makanan cepat saji karena ingin mengoleksi hadiahnya.
Selain restoran cepat saji, makanan tinggi gula seperti minuman dan kue-kue kekinian adalah salah satu faktor umum yang menyebabkan obesitas pada anak.
Namun sebagai orang tua Anda harus paham, mana makanan dan minuman tinggi gula yang membahayakan anak, mana yang tidak.
Misalnya pada buah mangga yang dalam keadaan matang sangatlah manis, kandungan gula pada mangga adalah gula alami, tentu lebih baik dibanding manisnya kue dengan krim.
2. Kurang olahraga
Sejak pandemi tahun 2020 yang lalu, anak banyak menghabiskan waktu di depan gadget hingga kini pun mereka terbiasa. Hiburan terasa mudah mereka dapatkan hanya dengan melihat layar TV maupun perangkat seluler.
Anak yang kurang bergerak akan lebih mudah mengalami obesitas, karena kalori yang didapat dari makanan akan menumpuk menjadi lemak.
3. Penggunaan obat
Jika memiliki kondisi kesehatan tertentu yang mengharuskannya konsumsi obat, bisa jadi inilah penyebab obesitas pada anak.
Pada keadaan ini, biasanya dokter gizi akan meresepkan siklus menu untuk mencegah berat badan anak menjadi sangat berlebih, untuk menyeimbangkan efek dari obat-obatan.
Jika di rumah sakit anak masih bisa makan dari paket perawatan, bagaimana saat di rumah? Disinilah Anda bisa mengandalkan MyMeal Catering untuk menyediakan pola makan yang sesuai dengan kondisi anak dan menjaga berat badannya.
Bahaya Komplikasi Penyakit
Tidak hanya orang dewasa, obesitas pada anak juga berisiko membawa penyakit yang lebih berbahaya.
Mengutip dari situs Siloam Hospitals, beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada anak yang obesitas di antaranya:
1. Diabetes
Obesitas merupakan salah satu penyebab diabetes tipe 2 paling umum. Anak yang obesitas cenderung lebih sulit menurunkan berat badan dan rentan mengalami diabetes tipe 2 ketika dewasa.
2. Masalah pada tulang.
Tubuh dengan kelebihan berat badan akan memberatkan tulang yang menopang, sehingga anak memiliki tulang yang rapuh.
3. Masalah psikologis
Karena tidak seimbangnya tinggi dan berat badan, tentu ini akan mempengaruhi penampilan anak. Sulitnya menemukan pakaian untuk ukurannya, perbedaan ukuran tubuhnya dengan teman-teman, tentu membuat mereka tidak percaya diri.
Ciri-ciri anak obesitas
Mengutip dari situs Kementrian Kesehatan RI, berikut ini ciri-ciri dari anak yang obesitas:
- Wajah bulat, pipi tembem, dan bahu rangkap
- Leher relatif pendek
- Perut buncit
- Kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan
- Pada Anak laki-laki dada membusung dan payudara sedikit membesar, serta penis mengecil (tidak terlihat secara utuh karena tertutup oleh timbunan lemak)
- Pada Anak perempuan datangnya pubertas lebih dini yaitu usia kurang dari 9 tahun sudah mengalami menstruasi.
Cara mengatasi obesitas pada anak
Mencegah lebih baik daripada mengobati, namun bagaimana jika si kecil sudah menunjukkan tanda-tanda obesitas?
1. Ajak anak agar lebih aktif
Salah satu manfaat olahraga adalah untuk menyeimbangkan kalori dalam tubuh. Kalori masuk dari makanan yang akan digunakan sebagai energi untuk beraktivitas. Jika anak terus makan namun kurang olahraga, akan hanya sedikit kalori yang terbakar dan menumpuk sebagai lemak.
Ajak anak untuk jalan-jalan setiap sore, jogging atau bersepeda, ini akan melatih mereka untuk terbiasa bergerak dan beraktivitas di luar rumah. Selain itu, setiap seminggu sekali Anda bisa mengajaknya untuk membersihkan rumah, tidak hanya membentuk kebiasaan bersih, mereka juga akan lebih aktif bergerak.
2. Reset pola makan jadi lebih sehat
Mungkin Anda memiliki stok makanan cepat saji yang memang disediakan untuk anak, seperti nugget dengan bentuk yang menarik, daging asap, saus mayones, hingga bakpao instan.
Sebaiknya ganti isi kulkas Anda dengan pilihan raw foods, atau makanan yang minim pemrosesan. Daripada keripik kentang kemasan, pilih kacang panggang. Jika ingin makan di luar pun, kurangi datang ke restoran cepat saji.
Kenali anak sumber makanan yang sehat. Contohnya, berikan buah sebagai cemilan, mulai dari yang lunak seperti pepaya hingga keras seperti apel seiring pertumbuhan giginya.
Kemudian, untuk bekal sekolahnya, kurangi makanan olahan seperti sosis, nugget, atau mie instan. Orang tua bisa mengikuti Pedoman Gizi Seimbang, pastikan ada karbohidrat, protein, buah, dan sayur di setiap makan anak.
3. Batasi penggunaan gadget
Penggunaan gadget yang tidak terkontrol menyebabkan anak makin malas bergerak, dan makin berisiko memiliki berat badan yang berlebih.
Jadwalkan maksimal waktu yang Anda berikan untuknya bermain, misalnya 2 jam sehari. Pastikan Anda mendampinginya, dan jauhkan dari anak sebelum tidur.
4. Buatkan jadwal tidur yang teratur
Tidur membantu melancarkan proses metabolisme dalam tubuh, sehingga mengurangi risiko obesitas.
Istirahat yang cukup tidak hanya bermanfaat terhadap berat badan, namun juga kebugaran tubuh anak secara keseluruhan.
5. Peran orang tua
Orang tua adalah role model terdekat bagi anak. Maka itu Anda sendiri juga harus menerapkan pola makan yang sehat, rajin olahraga, hidup bersih, dan mendekatkan diri dengan anak.
Orang tua pasti bangga jika anaknya tidak susah makan, namun tetap jaga porsinya dan kenali sumber makanan yang sehat untuk menghindari obesitas, karena risiko anak jika sudah obesitas akan lebih mengancam kesehatannya.
Bagikan artikel ini: