Apakah Monosodium Glutamat (MSG) Benar-benar Buruk untuk Kesehatan?
MSG atau yang biasa kita sebut micin/mecin adalah singkatan dari zat aditif makanan bernama monosodium glutamat.
Sudah tertanam dalam stigma masyarakat bahwa konsumsi MSG bisa mengancam kesehatan kita dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan dari MSG yang biasa ditemukan dalam makanan olahan dan siap saji, seperti mi instan, saus tomat, dan makanan ringan kemasan.
Penggunaan MSG dalam makanan telah menjadi kontroversial karena adanya beberapa laporan tentang efek sampingnya pada kesehatan. Jika ternyata membahayakan tubuh, mengapa MSG diciptakan dan disebarluaskan hingga hari ini?
Artikel berikut ini akan membahas tuntas apa itu MSG, fungsi, serta efeknya pada kesehatan manusia.
Apa itu MSG?
Monosodium glutamat (MSG) adalah bahan yang ditambahkan pada makanan yang berperan sebagai penguat rasa (food enhancer). Cita rasa makanan yang ditambahkan MSG terasa lebih gurih, atau istilahnya umami.
Asam glutamat secara alami dapat ditemukan di beberapa makanan seperti bayam, brokoli, jamur, tomat, keju, udang, daging ayam, dan ikan salmon.
Salah satu masakan yang terkenal dari Asia Timur adalah sup rumput laut, rasa gurihnya berasal dari glutamat yang terkandung dalam rumput laut.
Kemudian pada tahun 1908, seorang profesor asal Jepang bernama Ikeda mengekstrak kandungan glutamat dari kaldu rumput laut tersebut, dan menemukan bahwa MSG ini memiliki fungsi yang serupa seperti kaldu.
Sejak saat itu MSG diproduksi dan dipasarkan ke seluruh dunia. Sumber dari pembuatan MSG pun tidak hanya dari rumput laut, namun bisa juga dari fermentasi pati atau tebu.
Fungsi MSG
Peran MSG sebagai penguat rasa adalah memberikan rasa gurih atau umami pada makanan. Rasa gurih ini meningkatkan produksi saliva yang membuat makanan terasa lebih lezat.
Efek penggunaan MSG hampir sama seperti garam yaitu menambah rasa asin yang melezatkan, namun dengan takaran yang lebih sedikit, sehingga MSG bisa digunakan sebagai substitusi garam.
Beberapa penelitian menemukan bahwa mengganti garam dengan MSG dapat mengurangi asupan sodium hingga 3% tanpa mengurangi cita rasa masakan.
Mengutip dari Kemenkes, efek dari sodium yang terlalu tinggi dalam tubuh dapat meningkatkan volume dan tekanan darah, yang sering menyebabkan sakit kepala.
Jika Anda sedang merasa tidak nafsu makan, menambahkan sedikit MSG pada makanan akan bermanfaat untuk meningkatkan selera makan.
Apakah MSG berbahaya untuk kesehatan?
Organisasi kesehatan dunia seperti WHO, FDA (Amerika Serikat), dan EFSA (Eropa) memasukkan MSG dalam kategori bahan makanan yang aman (GRAS).
Di Indonesia, BPOM sudah mengatur penggunaan MSG yang tertuang dalam Peraturan BPOM No. 11 Tahun 2019.
Kandungan zat dalam MSG terdiri dari asam glutamat, natrium, dan air. Ketiga zat tersebut umum ditemukan di makanan sehari-hari seperti tomat, keju, dan daging seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
WHO membatasi konsumsi MSG yang aman yaitu sebanyak 0-120 mg per kg berat badan atau sekitar satu sendok teh per hari.
Meskipun sedikit, ada beberapa kasus ditemukan pada orang yang ternyata sensitif dengan MSG, sehingga setelah mengkonsumsinya timbul gejala yang tidak mengenakkan.
Efek samping dari MSG
Meskipun dikatakan aman, konsumsi MSG dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping.
Efek samping yang dihasilkan dari konsumsi MSG berlebihan dikenal sebagai Sindrom Restoran Tionghoa atau Chinese Restaurant Syndrome.
Istilah ini muncul setelah banyaknya konsumsi makanan Cina yang menggunakan monosodium glutamat sebagai bahan tambahan.
Beberapa gejala dari sindrom restoran Cina antara lain:
- sakit kepala
- wajah memerah
- berkeringat
- sesak napas
- mati rasa
- kesemutan
- rasa terbakar pada wajah atau leher
- jantung berdebar-debar
- nyeri dada
- mual, dan
- merasa lemah.
Meskipun demikian, belum ada penelitian pasti yang membuktikan gejala ini dengan konsumsi MSG.
Sebagian kecil orang yang mengalami gejala tersebut pun biasanya masih tergolong ringan dan tidak perlu obat-obatan.
Yang perlu jadi perhatian adalah MSG termasuk dalam kategori excitotoxin atau neurotoksin. Konsumsi MSG dalam jangka waktu yang lama dapat merusak otak dan sistem saraf. Oleh karena itu, Anda harus membatasi konsumsi MSG agar tidak melebihi batas normal.
MSG juga dapat membuat Anda ingin makan terus karena memicu insulin dan membuat ketagihan makan. Akibatnya, tubuh akan menimbun lemak yang tidak dibutuhkan. Tidak heran jika MSG juga dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas.
Karenanya, perlu untuk memperhatikan asupan makanan sehari-hari, terutama camilan atau makanan ringan yang sering dikonsumsi. Camilan ini lah yang biasanya tidak disadari mengandung tinggi MSG.
Bagaimana menemukan MSG dalam makanan?
Seperti yang sudah dibahas bahwa MSG tidak membawa efek negatif pada kesehatan jika dikonsumsi dalam batas wajar. Namun seringkali kita tidak menyadari kalau sudah konsumsi MSG berlebihan, karena tidak tahu nama lain MSG yang tercantum pada kemasan makanan.
Mengutip dari Klik Dokter, berikut nama lain dari MSG yang kerap digunakan pada makanan olahan kemasan.
- Gelatin
- Calcium Caseinate
- Hydrolyzed Vegetable Protein (HVP)
- Textured Protein
- Monopotassium glutamate
- Hydrolyzed Plant Protein (HPP)
- Yeast Extract
- Glutamate
- Autolyzed Plant Protein
- Yeast food
- Glutamic Acid
- Sodium Caseinate
- Autolyzed Yeast
Selalu cek komposisi dan label nutrisi pada makanan kemasan yang Anda beli, pastikan tidak konsumsi MSG, garam, gula, dan lemak berlebihan.
Tips Mengurangi Asupan MSG
Karena efek samping jangka panjangnya, ada baiknya Anda batasi asupan MSG dengan cara sebagai berikut.
1. Masak sendiri di rumah
Membuat makanan sendiri membuat Anda lebih sadar bahan apa saja yang Anda gunakan dalam masakan tersebut. Anda juga bisa lebih berhati-hati dalam menggunakan bahan tambahan, termasuk MSG.
Selain lebih sehat, memasak juga bisa jadi ajang kreativitas diri, atau menghabiskan waktu bersama keluarga.
2. Gunakan alternatif MSG
Bagi Anda yang memilih untuk menghindari MSG sama sekali, Anda bisa gunakan penyedap makanan alami yang bersumber dari:
- Garam
- Rempah-rempah
- Rumput laut
- Tomat
- Jamur
- Ikan teri
3. Makan di luar, hindari fast food
Salah satu cara termudah untuk mengurangi MSG adalah dengan tidak makan di restoran fast food. Rasa ayam goreng dan burgernya memang menggugah selera, namun efek inilah yang dihasilkan dari MSG.
Jika memang Anda harus makan di luar, pilih restoran yang tidak menyediakan makanan tinggi kalori tersebut. Atau ketika harus ada dinas kantor keluar kota, atau perjalanan yang cukup memakan waktu, Anda bisa membawa bekal EatNow, lauk siap makan yang tidak mengandung MSG.
4. Ganti ke camilan yang lebih sehat
Keripik dan makanan manis yang suka Anda beli di supermarket bukan tidak mungkin mengandung MSG yang cukup tinggi. Ganti camilan Anda dengan makanan yang rendah gula, garam, dan MSG, yang bisa dibuat sendiri di rumah. Contohnya kacang tanah atau edamame rebus, buah-buahan, kacang almond panggang, dan keripik ubi panggang.
5. Jaga pola makan
Penyakit yang datang ke tubuh Anda tidak hanya disebabkan oleh MSG belaka, bisa jadi itu merupakan akumulasi dari gaya hidup Anda yang tidak sehat.
Sudah kurangi MSG tapi masih makan makanan yang tinggi kalori, tidak mengontrol porsi makan, kurang asupan buah dan sayur, dan jarang beraktivitas di luar rumah. Kebiasaan tersebut memungkinkan tubuh Anda lebih mudah terserang penyakit, dengan atau tanpa MSG.
Meskipun MSG bermanfaat untuk menguatkan rasa pada makanan, yang perlu diperhatikan adalah efek jangka panjangnya yang merugikan. Atas dasar itulah MyMeal Catering juga tidak menggunakan MSG di seluruh menu makanannya.
Kami menggunakan penyedap alami seperti rempah-rempah dan garam yang takarannya sesuai anjuran ahli gizi. Pun takaran ini akan berbeda-beda tergantung kondisi Anda yang mungkin sedang ada penyakit.
Jika ada pertanyaan lebih lanjut mengenai konsumsi MSG, jangan ragu untuk bertanya dengan ahli gizi kami. Klik gambar dibawah ini untuk dapatkan konsultasi gratisnya.
Bagikan artikel ini: