Beras Putih Berbahaya, Perlukah Diganti?
Pertengahan tahun 2017 kembali marak perbincangan mengenai beras yakni setelah beredarnya issue beras plastik, kini merambah kepada peninjauan ulang mutu produk komersil yang dikeluarkan oleh salah satu anak perusahaan besar di Indonesia. Namun pada kenyataannya banyak di kalangan masyarakat yang tetap mengonsumsi produk beras tersebut yang dijual di pasaran karena masih mempercayai jaminan kesehatan yang ditawarkan secara implisit oleh produk tersebut yaitu bebas pemutih, pengawet, dan pewangi.
Jika ditarik ke belakang, permasalahan yang timbul seringkali terjadi pada produk beras putih. Apabila sebelumnya berpusat pada beras yang dijual di pasar tradisional, sekarang mulai menyentuh produk kemasan yang harganya terbilang cukup mahal per 5 kg tersebut. Tetapi seberapa pun issue yang beredar tidak cukup banyak menggeser keinginan masyarakat untuk beralih mencoba jenis beras lainnya, seperti beras coklat, beras merah, atau beras hitam bahkan jika pun termasuk produk lokal petani kita sendiri.
Pemilihan jenis beras seringkali ditautkan dengan risiko peningkatan kadar glukosa darah yang dapat mengarah kepada penyakit diabetes mellitus jika tidak dikendalikan. Berdasarkan indeks glikemiknya, beras putih dinilai lebih tinggi diikuti dengan kadar vitamin dan mineral lebih rendah akibat penyosohan yang berulang. Hal ini berkebalikan dengan beras coklat, merah dan hitam yang merupakan sumber vitamin B, kalsium, seng, besi, mangan, selenium serta serat yang turut berperan dalam proses pengendalian berat badan. Selain itu, beras merah dan hitam juga mengandung antioksidan yang bisa membantu melawan radikal bebas dalam tubuh.
Terlepas dari harga jualnya yang tinggi, salah satu yang menjadi keluhan dari konsumsi ketiga jenis beras tersebut adalah tekstur nasi yang dihasilkan lebih keras dan pera serta rasanya yang cenderung hambar atau sepat dibandingkan dengan beras putih. Bagi beberapa orang, hal itu adalah kenikmatan yang tidak tergantikan karena mempengaruhi rasa kenyang yang dirasakan. Untuk kandungan kalori, ketiga jenis beras tersebut memiliki jumlah yang sama, yaitu 175 kkal per 100 gram nasi. Dengan kandungan seratnya yang lebih tinggi, rasa kenyang yang ditimbulkan akan lebih lama pada ketiganya namun terhalang oleh kurangnya edukasi.
?Tidak perlu terburu-buru mengganti seratus persen rencana belanja bulanan secara sekaligus. Setiap jenis beras merupakan sumber zat gizi yang baik bagi tubuh, yang tentu saja ada baiknya ?untuk senantiasa disesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing individu.
?Begitupula penentuan jumlah makanan yang akan diasup serta makanan apa saja yang mendampinginya. Sebaik apapun jenis makanan yang kita asup, jika dikonsumsi secara berlebihan tentu akan menimbulkan dampak yang berkebalikan dari semestinya. Kuncinya terus mencari untuk memahami kebutuhan tubuh pribadi, karena yang paling paham tubuh sedang sakit atau tidak adalah orang itu sendiri.
Instagram : @mymealcatering
Bagikan artikel ini: